Pendahuluan
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang
Al-'Aqidah Al-Tahawiyah, merupakan salah satu referensi klasik Aqidah dari Ahl As-Sunnah Wal-Jamaa'ah , bercorak Maturidiah (tetapi juga dijadikan rujukan bagi kaum Asy'ariah dan Salafi), yang telah sangat dikenal luas. Kitab ini banyak sekali diberi syarah (penjelasan) oleh berbagai ulama.
Al-'Aqidah Tahawiyah meski ringkas, merupakan kitab dasar yang abadi, ia berisi hal-hal yang harus diketahui dan dipercayai oleh seorang muslim.
Pengarangnya adalah Imam Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin Salmah bin `Abd al Malik bin Salmah bin Sulaim bin Sulaiman bin Jawab Azdi. Beliau terkenal dengan Imam Tahawi, lahir di Mesir, hidup 239-321 A.H. ketika madzhab 4 sedang dalam perkembangan puncak, ilmu hadis dan fiqh puncak perkembangan. pesat. Imam Tahawi mereguk ilmu dari berbagai ulama yang otoritatif. Beliau semula adalah murid dari pamannya Isma'il bin Yahya Muzni, seorang ulama Madzhab Syafi'i. Tetapi Imam tahawi sendiri kemudian mengikuti madzhab Imam Abu Hanifah. Karyanya di bidang fiqh adalah Sharh Ma'ani al-Athar dan Mushkil al-Athar.
Kitab ini memberi prinsip-prinsip dari Aqidah Ahlu Sunah, yang di dalamnya membedakan dengan diberikan terhadap berbagai aliran lain seperti Mu'tazilah (rasionalis), Jahmiyyah ( menjisimkan Tuhan), Qadriyah, (kehendak bebas, free will) dan Jabriyah (keterpaksaan manusia). Juga terhadap Shi'ah, Khawarij (misal dalam hal sahabat) dan lainnya.
Ahlu Sunah adalah kelompok terbesar dalam Islam, yang mengambil jalan tengah dan bersikap moderat dari berbagai ekstrimitas, seperti yang dinyatakan dalam Al-Aqidah Al- Tahawiyah ini pada nomor 106, " Islam terletak di antara sikap berlebih-lebihanan dan pengabaian/penyederhanaan, antara tasybih (menyerupakan sifat Allah dengan lainnya) dan ta'til (meniadakah sifat-sifat Allah), antara fatalisme dan penolakan takdir Allah, dan antara kepastian --terlalu yakin, red-- (tanpa sadar akan penghitungan Allah) dan putus asa (dari kasih Allah)." Sehingga beberapa aspek dalam Al-Qadar, Al-Akhirah, dll. yang nampak sangat fatalistis, harus disertai dengan pemahaman tentang usaha/ikhtiar atau kasb (kemampuan) manusia, bahwa manusia diberi kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas perbuatannya. (Insya Allah) Tauhid: Keesaan Allah Kita mengatakan bahwa kepercayaan tentang keesaan Allah adalah karena pertolongan Allah, -- bahwa Allah itu Esa tanpa sekutu.
Tiada yang serupa dengan-Nya
Tidak ada yang dapat mencapai/meliputi Dia.
Tidak ada tuhan lain kecuali Dia.
Dia adalah abadi (baqa) tanpa awal dan tiada berakhir
Dia tidak akan pernah musnah (fana) atau menuju akhir
Tidak suatu pun terjadi kecuali karena kehendak-Nya.
Tidak ada imaginasi/gambaran yang dapat mencapai-Nya dan tidak ada pemahaman yang dapat mencapai-Nya.
Dia berbeda dari segala makhluk- Nya
Dia selalu Hidup dan tidak pernah mati, dan Dia selalu aktif, tiada pernah tidur
Dia mencipta tanpa keperluan untuk melakukannya dan menyediakan keperluan makhluk- Nya tanpa usaha/ikhtiar.
Dia menyebabkan kematian tanpa takut dan menghidupkan lagi tanpa kesulitan.
Dia selalu ada dengan Sifat-sifat- Nya sebelum penciptaan. Dengan menciptakan makhluk dari tiada menjadi ada, tidaklah menambah apa-apa terhadap sifat-Nya. Karena Dia bersama sifat-sifat- Nya sejak sebelum keabadian (azali), dan tetap bersama/melekat terus tanpa berakhir.
Tidak hanya sesudah mencipta, Dia disifati "Pencipta", dan tidak juga dengan membuat permulaan sehingga Dia disifati "Yang Awal"
Dia selalu menjadi Tuhan bahkan ketika tidak ada yang mempertuhankan, dan selalu menjadi Pencipta bahkan meskipun ketika tidak ada makhluk.
Dia adalah "Yang membawa kehidupan dari yang mati", sesudah Dia memberi kehidpan pertama kali, dan tetap memiliki nama/sifat itu sebelum kehidupan ada. Begitu juga Dia memiliki nama "Pencipta" sebelum mencipta makhluk.
Hal ini karena Dia memiliki kekuasaan untuk melakukan segala sesuatu, segala sesuatu tergantung pada-Nya, segala sesuatu mudah bagi-Nya, dan Dia tidak membutuhkan apa pun. "Tiada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [ash-Shura 42 :11]
Dia menciptakan makhluk dengan ilmu-Nya.
Dia menentukan taqdir bagi makhluk-Nya
Dia membagi kepada mereka/makhluk lamanya hidup
Tidak ada baginya yang terembunyi sebelum Dia menciptakan mereka, dan Dia mengetahui segala sesuatu akan terjadi pada mereka sebelum Dia menciptakan mereka.
Dia memerintahkan mereka untuk menaati-Nya dan melarang mereka untuk durhaka pada-Nya
Segala sesuatu terjadi sesuai dengan ketentuan dan kehendak-Nya, dan apa yang dikehendaki pasti terjadi.
Apa yang manusia miliki hanyalah apa yang Dia kehendaki untuk mereka.
Apa yang Dia kehendaki untuk mereka pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi.
Dia memberi petunjuk kepada yang Dia kehendaki, dan melindungi mereka, dan menjaga mereka yang merugikan, karena kasih-Nya, dan Dia meyesatkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, merendahkan mereka, menyiksa mereka, karena keadilan-Nya.
Segala sesuatu tunduk kepada Kehendaknya baik karena kasih- Nya atau Keadilan-Nya
Dia Maha Suci dari memiliki lawan atau sekutu/serikat
Tidak ada yang dapat bebas dari keputusan-Nya atau membalikkan perintah-Nya, atau mengalahkan perkara/urusan- Nya.
Kita percaya kepada semua hal tersebut dan pasti bahwa segala sesuatu berasal dari Dia Rosul Dan kita yakin bahwa Muhammad adalah hamba yang terpilih dan Rasul pilihan yang dengannya Allah meridhainya.
Dan dia adalah penutup para rasul dan Imam para mutaqin dan Rasul yang paling mulia dari seluruh Rasul, dan kekasih Allah di antara seluruh alam
Siapa saja yang menyatakan kenabian sesudahnya adalah salah dan dusta
Dia adalah orang yang dikirim untuk seluruh jin dan seluruh manusia dengan kebenaran, petunjuk dan dengan cahaya dan sinar Alqur'an Al-Quran adalah kalam (perkataan) Allah. Ia berasal darinya dengan perkataan yang tidak bisa dikatakan caranya. Dia menurunkan kepada Rasulnya melalui wahyu. Orang beriman menerimanya, sebagai kebenaran mutlak. Adalah pasti dan benar bahwa ia adalah kalam Allah
Dia tidak diciptakan, sebagaimana perkataan manusia dan setiap orang yang mendengarnya dan mengatakan itu adalah perkataan manusia menjadi kafir. Allah memperingatkannya, membantahnya dan mengancam dengan neraka, sebagaimana firman-Nya, "Dia akan membakarnya ke dalam neraka" [al-Muddaththir 74 :26]. Ketika Allah mengancam neraka kepada yang mengatakan, "Ini hanyalah perkataan manusia" [al- Muddaththir 74 :25]. Kita tahu dengan pasti bahwa dia adalah kalam Pencipta Manusia dan bahwa dia sepenuhnya tidak sama dengan perkataan manusia. Penyerupaan allah(tasybih) Barangsiapa yang menggambarkan Allah dengan cara yang sama dengan manusia menjadi kufurr. Semua yang memegang hal ini akan memperhatikan dan menjaga diri dari berbagai perkataan seperti yang dikatakan oleh orang-orang kafir. Dan mereka akan mengetahui bahwa Dia, dalam Sifat-sifat-Nya, tidak seperti manusia Melihat allah "Melihat Allah oleh ahli Sorga" adalah benar, tanpa penglihatan mereka serba-mencakup dan tanpa cara penglihatan yang dikenal. Seperti telah difirmankan, "Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri- seri.Kepada Rabbnyalah mereka melihat." [al-Qiyamah 75 :22-3]. Penjelasan dari hal ini adalah sebagaimana yang Allah ketahui dan kehendaki. Segala sesuatu yang telah sampai kepada kita dari Rasulullah saw, dalam sunah yang sahih, adalah seperti yang dia katakan dan artinya seperti yang dia maksudkan.
Kita tidak akan mencapai hal itu, usaha untuk menginterpretasikan berdasar pendapat kita atau menuruti gambaran kita akan melewati batas. Tidak ada yang selamat dalam agamanya tanpa kepasrahan penuh kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, dan meninggalkan pengertian atas hal-hal yang mutasyabihat (memiliki makna ganda) kepada orang-orang yang mengetahuinya. Muslim yang benar Orang Islam tidaklah selamat tanpa mendasari diri dengan ketaatan dan kepasrahan. Seseorang yang ingin mengetahui sesuatu yang di luar kemampuannya, dan yang memiliki akal yang tidak berisi kepasrahan, akan mendapati bahwa nafsu/keinginannya akan menutupi dirinya dari pemahaman yang murni mengenai Keesaan Allah yang benar, pengetahuan yang jelas dan keyakinan yang benar, dan dia akan terombang-ambing antara pengingkaran dan keyakinan, peneguhan dan penolakan, penerimaan dan penolakan. Dia akan tunduk pada bisikan-bisikan dan akan mendapati dirinya dalam kebingungan dan penuh keraguan, tidak dalam penerimaan orang yang beriman tidak juga penolakan orang yang ingkar.
Kepercayaan manusia mengenai "melihat Allah" oleh ahl Janah tidak benar jika dia membayangkan seperti apa, atau menginterpretasikan menurut pemahaman sendiri atau sebenarnya, arti dari berbagai masalah yang musykil mengenai Zat Tuhan adalah dengan meniadakan interpretasi atasnya dan secara ketat menerima dengan ketundukan. "Inilah agama bagi orang Islam. Siapa saja yang tidak melindungi diri dari penentangan terhadap peniadaan sifat-sifat Allah, atau menyerupakan Allah dengan selain-Nya, telah sesat dan gagal dalam memahami Keagungan Allah, karena Tuhan kita, Yang Maha Agung dan Maha Suci, hanya dapat digambarkan dalam konteks Keesaan dan Kesatuan Yang Mutlak dan tidak ada makhluk dalam hal apa pun seperti Dia.
Dia di luar dari memiliki batas tempat atas-Nya, atau dibatasi, atau memiliki bagian-bagian atau anggota tubuh. Tidaklah Dia dikenai arah sebagaimana makhluk. Al mi'raj Al-Mi'raj (kenaikan ke langit) adalah benar. Rasul, dibawa pada malam hari dan naik dengan bentuk jasadnya, ketika sadar, melalui lelangit, menuju yang Allah kehendaki baginya. Allah memberkati beliau dengan cara Dia memberkati beliau dan memberi wahyu kepada beliau, "Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya [al-Najm 53 :11]. Allah merahmati beliau dan menganugerahi beliau di dunia dan akhirat. Al hawd(telaga) Al-Hawd, (telaga di mana Allah akan menganugerahkan kepada Rasulullah SAW sebagai kemuliaan untuk melepas dahaga bagi umatnya pada Yaumul Hisab), adalah benar. Asy syafa'ah Asy-Syafa'ah,(pertolongan, yang disediakan bagi kaum Muslim), adalah benar, sebagaimana dinyatakan dalam hadis-hadis. Al Qadr(ketentuan allah) Perjanjian 'ketika Allah menciptakan Adam dan keturunannya' adalah benar.
Allah mengetahui, sebelum adanya waktu, jumlah yang tepat orang yang akan masuk ke dalam sorga (Al-Janah) dan jumlah yang tepat orang yang akan masuk neraka (jahanam). Jumlah ini tidak pernah akan bertambah atau berkurang.
Hal yang sama juga dikenakan pada seluruh perbuatan manusia, di mana telah dilakukan dengan tepat seperti yang Allah ketahui akan dilakukan. Setiap orang berbuat sesuai dengan apa yang telah ditentukan baginya dan ini adalah perbuatan di mana kehidupan manusia telah terikat dengan apa yang telah tertulis sebagai nasib/ketentuannya. Orang yang beruntung adalah beruntuk karena ketentuan Allah, dan orang yang celaka juag celaka karena ketentuan Allah.
Keadaan yang sesungguhnya mengenai takdir adalah rahasia Allah bagi makhluknya, dan tidak ada malaikat yang Arsy, maupun Rasul mendapat wahyu, yang mengetahuinya. Berupaya mencapainya dan merenung terlalu dalam tentangnya hanya akan membawa kerusakan dan kerugian, dan menghasilkan pembangkangan. Jadi, sangat berhati-hatilah berpikir dan merenung tentang hal ini atau membiarkan keraguan mengenai hal ini akan merugikan anda, karena Allah telah menjaga ilmu tentang taqdir dari jangkauan manusia, dan terlarang bagi manusia untuk menjelajahinya, dikatakan dalam Al-Quran, "Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai"[al-Ambiya' 21 :23]. Sehingga siapa saja yang bertanya, "Mengapa Allah berbuat itu ?" telah melawan ketentuan Al-Kitab, dan siapa saja yang menentang ketentuan Al-Kitab berarti kufur (tidak beriman).
Ringkasannya adalah 'kekasih/teman' Allah yang memiliki hati tercerahkan perlu untuk mengetahui dan menetapkan tingkat dari pengetahuan. Karena ada dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan yang dapat diraih/diakses oleh makhluk, dan pengetahuan yang tidak dapat diraih oleh makhluk. Menolak pengetahuan yang dapat diraih menjadi kufur, dan mengklain memiliki ilmu yang tidak dapat diakses membawa kepada kekufuran. Keimanan hanya dapat tegak ketika pengetahuan yang dapat diraih diterima dan pengetahuan yang tidak dapat diraih tidak dicari-cari/diselami. Al-Lauh Dan Al-Qalam:
Lembaran dan Pena
Kita percaya akan Al-Lauh (lembaran) dan Al-Qalam (Pena) dan pada segala sesuatu yang telah tertulis di atasnya. Bahkan jika semua makhluk bersatu untuk menggagalkan adanya sesuatu, yang keberadaannya telah tertulis di dalam Lembaran, mereka tidak akan mampu melakukannya. Dan juga jika seluruh makhluk bersatu untuk mengadakan sesuatu yang tidak ditulis Allah di atasnya, mereka tidak akan bisa melakukannya. Pena telah kering menulis segala sesuatu yang akan ada/terjadi hingga Hari Pengadilan. Apa saja yang orang telah kehilangan dia tidak akan pernah mendapatkannya, dan siapa saja yang mendapatkannya, dia tidak akan kehilangan.
Perlu bagi seorang hamba untuk mengetahui bahwa Allah telah mengetahui segala seuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya dan menentukannya secara detail dan sempurna. Tidak ada sesuatu pun yang telah Dia ciptakan/ditentukan baik di langit atau di bumi yang dapat bertentangan, bertambah, terhapus, berubah, berkurang atau bertambah darinya dalam hal apa pun. Ini adalah aspek keimanan yang mendasar dan bagian penting dari seluruh pengetahuan dan pengenalan Keesaan dan Ketuhanan Alah. Sebaaimana firman Allah dalam Kitab-Nya, "dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran- ukurannya dengan serapi- rapinya [al-Furqan 25 :2 ], dan firman-Nya, "adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku" [al-Ahzab 33 :38].
Sehingga celakalah orang yang membantah Allah berhubungan dengan ketentuan-Nya dan siapa, yang dengan hati yang sakit, mencoba untuk menyelami masalah ini. Dalam usahanya dengan sombong untuk menjelajahi masalah ghaib, dia sedang mencari suatu rahasia yang tidak pernah akan dapat terbuka, dan akan berakhir dengan kejahatan, dan dia tidak mengatakan apa pun kecuali kebohongan belaka. Al-'Arsy dan Al-Kursi
Al-Arsy (Singgasana) dan A-Kursi adalah benar Dia bebas, tidak terikat, dari Arsy dan apa yang di bawahnya.
Dia meliputi segala sesuatu dan di atas segala sesuatu, dan apa yang diciptakan tidak dapat meliputi-Nya. Al-Ambiya: Para Nabi
Kita mengatakan dengan keimanan, menerima dan patuh bahwa Allah mengambil Ibrahim as sebagai teman akrab (Khalilullah) dan bahwa Dia berfirman secara langsung dengan Musa as.
Kita percaya pada malaikat- malaikat, Rasul-Rasul, dan Kitab- kitab yang diwahyukan kepada para Rasul, dan kita menyatakan dengan yakin bahwa mereka semua mengikuti jalan Kebenaran. Al 'ummah Kita mengatakan orang-orang yang berkiblat sama (ahl qiblah) sebagai Muslim dan orang beriman, selama mereka mendukung apa yang dibawa Rasul dan membenarkan apa yang dikatakan Rasul.
Kita tidak memperpanjang pembicaraan mengenai (Zat) Allah, tidak juga melakukan bantahan apa pun pada Agama Allah.
Kita tidak membantah Al_Quran dan kita menyaksikan dengan nyata bahwa dia adalah perkataan Tuhan Semesta Alam, yang diturunkan melalui Ruhul Amin (Ruh Terpercaya = Jibril) dan diajarkan kepada Nabi yang paling mulia, Muhammad SAW. Dia (Al-Quran) adalah kalam (perkataan) Allah dan Tidak ada perkataan makhluk yang sebanding dengannya. Kita tidak mengatakan bahwa dia (Al- Quran) diciptakan dan tidak melawan Jamaah Muslim tentang hal itu.
Kita tidak menganggap siapa pun dari ahli qiblah sebagai orang kafir karena suatu perbuatan dosa, selama mereka tidak menganggap perbuatan itu adalah perbuatan yang halal/benar.
Tidak juga kita mengatakan bahwa perbuatan dosa dari seseorang yang beriman tidak berakaibat buruk (merugikan) baginya.
Kita berdoa agar Allah mengampuni orang-orang yang berbuat baik di antara orang beriman dan agar memasukkan mereka ke dalam sorga karena Kasih-Nya, tetapi kita tidak boleh memastikan hal ini, dan kita tidak dapat menyatakan dengan nyata bahwa sesuatu pasti akan terjadi dan bahwa mereka pasti akan masuk ke dalam sorga. Kita memohon pengampunan bagi orang-orang yang berbuat dosa di antara orang beriman dan, meski kita takut pada mereka, kita tidak putus asa mengenai mereka.
Kepastian dan keputusasaan keduanya dihapus dari agama, tetapi jalan yang benar bagi ahl qiblah terletak di antara keduanya (yaitu orang harus takut dan sadar akan perhitungan Allah dan juga berharap atas Kasih Sayang Allah)
Seseorang tidak keluar dari keimanan kecuali dengan pengingkaran atas apa yang dibawakan kepada mereka. (Quran & Sunah --red)
Keimanan terdiri dari pengakuan dengan lidah dan penerimaan dengan hati.
Dan seluruh apa yang terbukti berasal dari Rasul SAW berhubungan dengan Syari'ah dan penjelasan (Quran dan Islam) adalah benar.
Keimanan, pada asalnya, adalah sama bagi setiap orang, tetapi kelebihan seseorang atas lainnya adalah karena takut dan kesadaran akan Allah, perlawanannya terhadap hawa nafsu dan memilih apa yang lebih diridai Allah.
Semua orang beriman adalah 'teman' Allah dan yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah orang yang paling taat/patuh dan yang paling dekat dalam mengikuti Al-Quran
Keimanan meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab- kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan iman kepada Taqdir, bahwa -- yang baik ataupun yang buruk, yang manis atau pahit -- semua dari Allah.
Kita semua percaya kepada semua hal di atas. Kita tidak membat perbedaan di antara Rasul-rasul, kita menerima sebagai kebenaran semua yang mereka bawa.
Umat Muhammad SAW, yang mati dalam dosa akan masuk neraka, tetapi tidak selamanya, disediaakan mereka yang mati dan bertemu Allah sebagai orang beriman yang mengakui keesaan-Nya meskipun mereka belum bertaubat. Mereka tunduk kepada kehendak dan keputusan Allah. Jika Dia berkehendak, Dia akan mengempuni mereka dan memaafkan mereka karena Kasih-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran, " Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." [an-Nisa' 4 : 116], dan jika dia berkehendak, Dia akan menghukum mereka dalam neraka karena keadilan- Nya dam kemudian mengeluarkannya karena Kasih- Nya, dan karena syafa'at (pertolongan) dari orang yang taat pada-Nya, dan mengirim mereka ke sorga. Hal ini karena Allah adakah pelindung bagi orang yang mengenal/ mengetahui-Nya dan tidak akan mengancam mereka di Akhirat sebagaimana Dia mengancam kepada mereka yang menolak- Nya dan orang tidak menggunakan petunjuk-Nya sehingga tidak berhasil mendapat perlindungan-Nya.
Ya Allah, Engkau adalah Pelindung Islam dan umatnya, jadikanlah kami teguh di dalam Islam hingga hari ketika kami menemui Engkau,
Kita setuju dengan orang yang yang shalat di belakang ahl qiblah apakah orang tersebut berbuat baik atau buruk, dan melakukan shalat jenazah kepada siapa pun dari mereka ketika mati.
Kita tidak mengatakan bahwa mereka masuk dalam klasifikasi masuk neraka atau sorha, dan kita tidak menuduh siapa pun dari mereka kufur (tidak beriman), Syirk (menyekutukan Allah), atau munafik, selama mereka tidak mempertunjukkannya secara terbuka hal-hal tersebut. Kita menyerahkan masalah rahasia ini kepada Allah
Kita tidak menyetujui pembunuhan kepada siapa pun Ummat Muhammad, kecuali jika merupakan kewajiban Syariah untuk melakukan itu.
.
Kita tidak mengenal pemberontakan melawan Imam atau mereka yang memegang urusan (ulul amr) meskipun mereka tidak adil, tidak juga kita menghaarapkan kejahatan pada mereka, tidak juga kita keluar dari taat kepada mereka. Kia tetap taat kepada mereka sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT, selama mereka tidak menyuruh berbuat dosa. Kita berdoa agar mereka mendapat petunjuk yang benar dan mengampuni kesalahan mereka.
Kita mengikuti Sunah Rasul dan Jamaah Muslim, dan menghindari penyimpangan, perbedaan, dan pengkotakan.
.
Kita mencintai orang-orang yang adil dan amanah (terpercaya) dan kita membenci orang yang tidak adil dan curang.
Ketika pengetahuan kira tidak jelas tentag sesuatu, kita mengatakan, "Allah yang Maha Mengetahui" (Wallahu a'lam)
Kita menyetujui membasuh di atas kulit sepatu (dalam wudlu) baik dalam perjalanan atau lainnya, seperti dinyatakan dalam Hadis-hadis.
Hajji dan jihad di bawah kepemimpinan ulul amr (penguasa) Muslin, apakah mereka berbuat baik atau salah, adalah kewajiban yang terus- menerus hingga Hari Akhir tiba. Tidak ada yang dapat meniadakan atau menolaknya. Al Akhirah Kita percaya kepada Kiraman Katibin (malaikat mulia) yang menulis semua perbuatan kira karena Allah mengutus mereka atas kita sebagai dua penjaga
Kita percaya kepada malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa semua makhluk.
Kita percaya kepada hukuman di dalam kubur bagi yang layak mendapatkannya, dan pada pertanyaan qubur oleh Munkar dan Nakir tentang siapa Tuhan, Agama, dan Nabi mereka, seperti dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW dan diriwayatkan para Sahabat ra.
Alam kubur merupakan ladang bagi sorga atau terowongan neraka.
Kita percaya pada kehidupan sesudah mati dan pembalasan perbuatan kita di Hari Perhitungan, dan pada al-'Ard, ditunjukkannya (amal) mereka dan al-hisab, perhitungan (baik buruk ) atas mereka, Dan juga kepada Qira'at al-Kitab, pembacaan buku, dan pada pahala dan hukuman dan pada Al-Sirat (jembatan), dan Al-Mizan (Timbangan)
Sorga dan neraka adalah ciptaan yang tidak abadi, dan kita percaya bahwa Allah menciptakan sebelum ciptaan yang lain dan kemudian menciptakan orang-orang yang menghuni masing-masing. Siapa saja yang akan datang ke dalam sorga adalah karena kasih-Nya, dan siapa saja yang masuk ke dalam neraka adalah karena keadilan-Nya. Setiap orang berbuar sesuai dengan apa yang ditakdirkan baginya dan menuju pada apa yang telah dicipta baginya.
Baik dan buruk keduanya adalah ketentuan bagi manusia.
Kemampuan dalam hal taufiq (petunjuk/kesesuaian dengan Tuhan) yang membuat suatu perbuat terjadi tidak bisa ditujukkan kepada makhluk. Kemampuan ini adalah bagian integral dengan perbuatan, di mana kemampuan untuk berbuat dalam hal telah memiliki kesehatan, kesanggupan, dalam suatu keadaan untuk berbuat dan memiliki sarana, sudah ada sebelum perbuatan.Ini adalah jenis kemampuan yang merupakan objek dari ketentuan Syariah, Allay berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" [al-Baqarah 2 : 286].
Perbuatan manusia adalah ciptakan Allah dan perolehannya oleh manusia.
Allah SWT hanya memberi beban manusia dengan apa yang mereka mampu dan manusia hanya mampu melakukan apa yang Allah sukai atas mereka. Ini adalah penjelasan dari frase, "Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah " (Laa haula wa laa quwata illa billah). Kita tambahkan bahwa tidak ada alat atau cara yang dengannya sesorang dapat menghindari atau lari dari tidak tunduk kepada Allah dengan pertolongan Allah; tidak juga seseorang memiliki kekuatan untuk taat kepada Allah dalam perbuatan dan menjaga agar tetap di dalam ketaatan, kecuali jika Allah membuat mereka bisa melakukan itu.
Segala sesuatu terjadi sesuai Kehendak, Ilmu, takdir dan ketentuan Allah. Kehendak-Nya melampaui semua kehendah yang lain dan ketentuan-Nya melampaui seluruh upaya. Dia berbuat apa yang Dia kehendaki dan Dia tidak pernah tidak adil. Dia ditinggikan dalam kesucian- Nya di atas semua kejahatan atau kerusakan dan Dia sempurna dari berbagai kesalahan atau kecelakaan. "Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (QS. 21 :23)
Terdapat keuntungan bagi orang mati dalam doa dan hadiah amal dari orang yang hidup.
Allah menerima doa manusia dan memberi apa yang mereka minta..
Allah mengendalikan secara mutlak segala sesuatu dan tidak ada yang mengendalikan di atas Dia. Tidak ada yang bebas dari Allah bahkan kerdipan mata, dan siapa yang menganggap diri sendiri bebas dari Allah dalam kerdipan mata adalah dosa kuf dan menjadi orang yang celaka.
.
Allah marah dan ridha tetapi tidak seperti makhluk/ciptaan apa pun. As Sahabah Kita mencintai sahabat Rasulullah tetapi tidak berlebihan dalam mencintai kepada salah satu dari mereka tidak juga kita meninggalkan mereka. Kita membenci orang yang membenci mereka atau tidak berkata baik tentang mereka dan kita hanya berkata yang baik tentang mereka. Mencintai mereka adalah bagian dari Islam, bagian dari keimanan dan akhlaq yang baik, sementara membenci mereka adalah kufur, munafik dan pembangkangan.
Kita menegaskan bahwa sesudah Rasulullah SAW wafat, khalifah pertama adalah Abu Bakar As- Siddiq RA, yang menunjukkan kemuliaan dan kelebihan di atas Muslim lainnya;kemudian kepada `Umar ibn Al-Khattab RA, kemudian `Utsman,RA, kemudian `Ali ibn Abi Talib RA. Mereka adalah Khalifah yang mendapat Petunjuk (Al-Khulafa Ar-Rashidun) dan di atas semua pemimpin lainnya.
Kita menyaksikan dengan nyata bahwa sepuluh orang yang namanya disebut Rasulullah SAW dan siapa yang dijanjikan sorga baginya, akan masuk sorga. Kesepuluh orang itu adalah :Abu Bakr, `Umar, `Uthman, `Ali, Talhah, Zubayr, Sa'd, Sa'id, `Abdur- Rahman ibn `Awf and Abu `Ubaydah ibn Al-Jarrah, mereka semua memiliki gelar yang terpilih dari Umat, RA.
Siapa pun yang berbicara baik mengenai Sahabat, istrinya, dan keturunan Rasul SAW, di mana mereka semua suci dan bersih dari noda, adalah bebas dari tuduhan munafik. Al-'Ulama wal-'Awliya:
Para Ulama dan Wali Ulama dari umat pertama dan mereka yang mengikuti langkahnya -- orang-orang shalih, perawi hadis, para faqih dan ahli tafsir -- mereka hanya dibicarakan dengan cara yang baik dan siapa yang berkata buruk tentang mereka tidak berada pada jalan yang benar.
Kita tidak melebihkan seorang di antara para wali Allah dalam umat di atas para Rasul, tetapi kita lebih baik mengatakan seorang di antara Rasul adalah lebih baik dari seluruh para wali jika dikumpulkan.
Kita percaya kepada Karamah, keajaiban para wali, dan kisah yang sahih tentang mereka jika berasal dari sumber tepercaya.
.
Kita percaya pada tanda-tanda Kiamat, seperti kemunculan Dajjal dan turunnya Isa ibn Maryam AS dari langit dan percaya pada terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, dan pada kemuculan makhluk buruk dari bumi.
Kita tidak menerima sebagai kebenaran apa yang dikatakan dukun dan peramal, tidak juga kita kita menerima pernyataan apa pun dari siapa pun yang bertentangan dengan Kitab, Sunah dan Ijma' (kesepakatan Umat Islam).
Kesatuan dalam Islam
Kita sepakat bahwa menjaga persatuan adalah benar jalan lurus dan bahwa perpecahan adalah penyimpangan dan bencana.
Hanya ada satu agama Allah di langit dan di bumi, itu adalah Islam. Sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." [Al `Imran 3 :19 ] dan juga, "dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu" [Al-Matidah 5 :3]
Islam terletak di antara sikap berlebihan dan pengabaian/penyederhanaan, antara tasybih (menyerupakan sifat Allah dengan lainnya) dan ta'til (meniadakah sifat-sifat Allah), antara fatalisme dan penolakan takdir Allah, dan antara kepastian --terlalu yakin, red-- (tanpa sadar akan penghitungan Allah) dan putus asa (dari kasih Allah).
Ini adalah agama kita dan ini adalah apa yang kita imani, secara lahir dan batin, kita menolak segala hubungan, karena Allah, dengan siapa pun yang melawan yang kita karakan di atas dan telah jelas. Ad Du'a Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita teguh dalam keimanan dan menetapkan hidup kita dengan iman dan menjaga hidup kita dari pendapat-pendapat menyimpang dan berbagai madzhab keliru seperti Mushabbihah, Mu'tazilah, Jahmiyyah, Jabriyah, Qadriyah dan lainnya seperti mereka yang bertentangan dengan Sunah dan Jamaah dan telah menghubungkan mereka sendiri dengan kesalahan. Kita memutuskan hubungan dengan mereka dan dalam pendapat kita mereka salah dan jalan mereka adalah kerusakan
Kita memohon kepada Allah dari segala kesalahan dan kita memohon kasih dan taufik-Nya untuk melakukan segala kebaikan.
Amiin Al-'Aqidah At-Tahawiyah
(Terjemahan)
karya al-Imam Abu Ja'far At- Tawahi al-Misri